Fanfiction
Tittle :
You Into My Life ( Angel )
Author :
@Kyo Mi Na
Main Cast :
-
Park Chanyeol
-
Byun Baekhyun
-
Oh Sehun
-
Xi Luhan
-
Kim Jong In ( Kai )
-
Do Kyungsoo
-
Kris ( Park Yi Fan )
-
Lee Donghae ( maaf yang di dalam
cerita ini saya nistakan)
Type
:
Chapter
Genre
:
Yaoi, romance (?) , Friendship
Tidak akan pernah ada bosannya author mengingatkan bahwa sanya
FF ini murni dari pemikiran Author sendiri dan tidak ada campur tangan dari
orang lain. NO COPAS, men hari gini gak kreatif!! YA ELAH!!! Jadi jika ada
kesamaan alur cerita bahkan judul,itu hanya kuasa Tuhan semata, bukan kemauan
Author. Wassalam!!
Gak ada cuap-cuap…., langsung aja dah baca!!
You Into My Life
Chapter
5
Kyung Soo menatap namja berwajah
imut yang menuntunnya menuju pintu utama, hari sudah semakin sore dan eomma
Kyung Soo telah berulang kali mengirimkan nya pesan singkat yang kesemuanya
berisi perintah agar ia segera pulang ke rumah. Meskipun sebenarnya ia ingin
tinggal untuk beberapa lama lagi, setidaknya untuk mencoba meyakinkan Lu Han
agar ia merubah keputusannya untuk meninggalkan korea. Kyung Soo menoleh ketika
ia telah berada di luar, kembali menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan
senduh.
Lu Han hanya tersenyum, senyum
yang coba ia tunjukkan sebagai bentuk bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia
benar-benar yakin dengan keputusannya saat ini.
“ Lu Han, tidak bisakah kau tetap
disini” pinta Kyung Soo sekali lagi memohon agar Lu Han merubah keputusanya.
Tapi sekali lagi, Lu Han hanya
bisa menggeleng.
“ apa kau yakin?”
Lu Han mengangguk, “ ini yang
terbaik, aku harap kau dapat mengerti akan posisiku.” Sahut Lu Han.
Kyung soo terdiam, mendengar
kalimat itu, ia sepertinya sudah tidak punya hak untuk melarang Lu Han lagi.
Helaan nafas akhirnya terdengar dari mulut kyung Soo sebelum akhirnya ia meraih
tubuh kurus itu dan memeluknya dengan sangat erat.
“ Mianhae…..! Lu Han. Jika ada
sesuatu yang dapat aku lakukan untuk
membuat mu tetap disini, demi apapun itu aku akan melakukannya,
semampuku. Aku hanya tidak ingin kau pergi…..”
Lu Han menggigit pinggir bibirnya
ketika ia merasakan getaran hebat pada bahu Kyung Soo, menahan dengan kuat agar
iapun tdak menangis karena nyatanya kini namja bermata bulat yang sedang
memeluknya ini tengan menangis. Ia pun sama, jika saja ada alasan yang
mengharuskan ia agar tetap berada di sini dan demi apapun itu, akan ia lakukan.
Tapi sayangnya hal itu sudah tdak ada lagi. Meninggalkan Korea adalah
satu-satunya jalan agar ia bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang
kelam yang pernah ia alami dulu. Dan demi kebahagiaan itu, ia rela meskipun
harus meninggalkan orang tua, sahabat dan juga Se Hun.
~*you into
my life*~
Lu Han buru-buru masuk dan
mengunci pintu ketika Kyung Soo sudah tidak terlihat lagi di depan rumahnya.
Dengan tangan masih mengantung di kenop pintu ia terduduk dan membungkam erat
bibirnya agar isakannya tidak keluar dan di dengar oleh eommanya yang berada di
dalam rumah. Tapi sayanganya sang eomma yang tidak sengaja melintas melihatnya
dan segera menghampiri Lu Han.
“ Lu Han?! Kau kenapa,nak? Apa
yang terjadi?! Beri tahu eomma?” tanya sang eomma cemas.
Lu Han menatap eommanya dengan
buliran air mata yang masih bebas jatuh kepipi putihnya.
“ eomma, hiks…, jangan biarkan
seseorang menemuiku lagi.. hiks… aku takut….. kalau aku sampai berubah
pikiran….. hiks aku……….aku harus bagaimana, eomma!” isaknya.
Eomma Lu Han tidak bicara lagi,
ia menarik tubuh anaknya dan memeluknya penuh rasa sayang. Untuk saat ini ia
hanya ingin agar malaikat kecil nya tidak sedih lagi, karena tiap bulir air
mata yang menetes dari mata indah Lu Han adalah hantaman godam raksasa yang
memukul hatinya berkali-kali lipat, rasa sakit yang dirasakannya jauh lebih
perih dari apa yang dirasakan Lu Han, karena ini adalah perasaan seorang eomma.
~*you into
my life*~
Baek Hyun hampir terjatuh dari
kursinya ketika benda persegi yang ia letakkan di atas meja tepatnya di dekat
telingannya berdering, namja ini sedang membaringkan kepalanya di meja jadi
wajar saja jika ia kaget setengah mati begitu. Dengan kesal ia menyambar
SmartPhonenya, dan sudah siap untuk mengumpat orang yang menelefon. Tapi hal
itu dibatalkannya, ketika melihat contac name yang memanggil. Chan Yeol’.
“ Yeoboseyo?”
“…..”. hening.
“ Chan Yeol? Gwencahana?” Baek
Hyun penasaran, kenapa hingga beberapa puluh detik berlalu namja itu juga belum
terdengar suaranya.
“ YIA!!! Park Chan Yeol!! Kau
mengerjaiku?.........Chan Yeol? Ahh Wae..?!!” gelisah Baek Hyun semakin tidak
tahan, namja jangkung itu tetap tidak memberikan balasan sama sekali, aneh.
“ ya sudah! Kalau tidak mau
bicara aku tutup telefonnya!”
“…..” dan hening lagi-lagi….
Baek Hyun menghela…., “ aku tutup,
ne. Chan Yeol…………” Baek Hyun menyerah, sedikit berat hati ketika ia harus
memutuskan panggilan itu.
Tapi berselang beberapa detik
kemudian, benda serba guna itu, kembali berdering. Baek Hyun melirik dan
kembali mendapati contac name yang sama, Chan Yeol. Ada apa sebenarnya, mengapa
namja itu terus menelefon tanpa mengucapkan sepatah katapun. Baek Hyun memejamkan matanya, menghela nafas singkat,
lalu mengacuhkannya, ia memilih beranjak dari kursinya dan menghampiri jendela
kamar yang hordennya masih terbuka, dan pemandangan tak biasa hadir di depan
matanya, seorang namja dengan jaket blaster putih biru berdiri di samping
sebuah motor besar yang terparkir tepat di depan rumah milik kediaman Byun itu.
Chan Yeol masih menempelkan smartphonenya ketelinga sembari menatap lekat ke
lantai dua dimana Baek Hyun berada, yang juga menatapnya dengan bingung.
Baek Hyun menoleh ke meja
belajarnya di mana benda persegi itu ia letakkan,masih berdering. Dengan segera
ia berlari dan menyambarnya, dengan gerakan cepat ia mengangkat telefon itu.
“ Wae? Apa yang kau lakukan di
depan rumahku?” hambur Baek Hyun, jelas ia bingung.
“ temani aku, sebentar saja”
akhirnya, namja itupun bersuara.
Baek Hyun terkejut, bukan hanya
kata-kata itu, tapi suara yang mengiringi kata itulah yang membuatnya terenyuh.
Cara Chan Yeol mengatakannya, terasa seperti ada kesan yang sarat akan makna,
makna yang sesungguhnya, yang membawa luka bahkan Baek Hyun pun ikut terbawa
karena luka itu.
“ ne….” sahutnya kemudian.
Beberapa menit kemudian, Baek
Hyun keluar dari rumahnya setelah meminta ijin pada Eomma dan Appa, untunglah
kedua orang tuanya termasuk kedalam orang tua yang pernah muda, jadi pantaslah
jika mereka memberikan ijin untuk Baek Hyun, apa lagi jika mereka tau anaknya
itu keluar dengan Chan Yeol. Mereka sudah memberi lampu hijau untuk keduanya,
padahal Baek Hyun sama sekali tidak menjalin hubungan dengan namja jangkung itu.
Memang orang tua yang berlebihan.
Chan Yeol menoleh ketika Baek
Hyun tiba di dekatnya, Baek Hyun sedikit mengerutkan keningnya ketika namja itu
hanya menoleh dengan ekspresi datar.
“ kajja, kita berangkat.” Ujarnya
tenang.
Baek Hyun ingin bertanya sebelum
Chan Yeol memberikannya helm untuk kemudian di kenakannya, tapi ada sesuatu
yang menuntunnya untuk tetap diam seperti itu, ia seolah tidak ingin
mengacaukan ketenangan namja tampan ini. Bahkan hingga ketika motor melaju dan
meninggalkan tempat itu, Baek Hyun hanya terdiam, sambil mengeratkan pelukannya
di pinggang Chan Yeol karena namja itu memacu motor besar itu dengan sangat
laju.
Baek Hyun mengatupkan rahangnya
rapat-rapat ketika udara dingin menyapa permukaan kulitnya. Sedikit merasa
kesal karea namja di depannya hanya terdiam sembari berdiri membelakanginya.
Baek Hyun meniup kedua tangannya, mencoba menghangatkan diri dari angin malam
di pinggiran sungai Han, ia juga bingung kenapa ia tidak protes ketika namja
itu membawanya kesini.
“ Chan Yeol….” Panggilnya dengan
suara serak.
Namja itu menoleh, dan menghampiri
Baek Hyun sambil melepas jaket miliknya, lalu memberikannya kepada Baek Hyun.
“
kau kedinginan?”
Baek Hyun mengangguk sembari
meraih jaket milik Chan Yeol, namja jangkung itupun ikut duduk di samping Baek
Hyun.
“ maaf, aku tidak tau kalau kau begitu
peka dengan udara dingin,” sesal Chan Yeol, tanpa ekspresi sama sekali.
Baek Hyun menghela, bohong jika
ia tidak peduli dengan tatapan datar itu, padahal yang ia tahu namja jangkung
disampingnya ini adalah namja yang ceria.
“ ada apa, Chan Yeol? Apa ada
yang kau pikirkan?” Tanya Baek hyun akhirnya, setelah setengah mati menahan
rasa ingin tahunya beberapa waktu yang lalu.
Chan Yeol menghela nafas panjang,
untuk sejenak ia menggantukan kalimat Tanya Baek Hyun, masih terdiam dalam
posisi ia menatap langit malam.
“ apa ini tentang Se hun” terkanya…
Chan Yeol tidak merespon, jawaban itu bisa
saja iya , tapi bukan itu, ada yang lain yang mengusik ingatan masa lalu Chan
Yeol beberapa tahun silam. Di hari ini, tepat tanggal ini ia kehilangan
eommanya. Sosok Yeoja deawsa yang baik hati, penyayang, setia, mengerti akan
kebutuhannya, mengerti akan kesulitannya, yeoja yang sempat membuat kehidupan
Chan Yeol suram akibat kepergiannya, meninggal pada tanggal dan bulan yang sama
dengan hari ini. Itu alasan yang membuat Chan Yeol berbeda dari yang biasa.
“ jangan salahkan Lu Han, bukan
itu yang sebenarnya, aku tahu Chan Yeol…. Ia mengungkap semuanya……, Lu Han
tidak pernah tidur dengan namja itu, namja itulah yang memaksa Lu Han dengan
alasan ia akan membunuh Kyung Soo jika Lu Han tidak menuruti keinginan bejatnya
itu!” lanjut Baek Hyun dengan mata berkaca-kaca karena ia pikir bahwa masalah
itulah yang membuat namja jangkung ini terlihat sedih.
“ Cha Yeol…..” panggil Baek Hyun
sembari menyentuh bahu Chan Yeol.
Chan Yeol menoleh, matanya merah,
dan Nampak genangan air disana.
“ boleh aku pinjam
bahumu…”lirihnya dan semampunya ia menahan agar suaranya tetap terdengar
normal.
Baek Hyun mengangguk meskipun
sempat terkejut, iapun merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan
tubuh namja jangkung itu. Disana di bahu kecil itu, Chan Yeol merebahkan
lukanya, tangisnya tumpah dan membasuh baju kaos Baek Hyun. Namja itu
menggerakkan kepalanya ketika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh kulit
bahunya, ia sadar bahwa namja itu menangis.
“ Chan Yeol, kau kenapa? Kenapa
menangis?”
Chan Yeol tidak bisa lagi
menyembunyikan isakan yang perlahan lolos dari bibirnya, “ aku merindukan
eomma” lirihnya, kemudian meregangkan pelukannya dan buru-bru mengusap sisa air
mata yang masih ada di pelupuk matanya.
“ hari ini, hari dimana aku
kehilangannya, hari dimana dia tidak sangup lagi melawan penyakitnya. Hari
dimana eomma ku meninggal, Baek hyun…..” chan yeol menoleh dan bertemu pandang
dengan Baek Hyun. “ aku merindukannya”.
Setetes air bening berhasil
meluncur dari sudut mata Baek Hyun, lirih kata-kata Chan Yeol membuatnya
tersentuh, menuntun tangannya untuk sekedar menyentuh pipi Chan Yeol, mengusap
lembut jejak air mata yang masih tersisa disana. Chan Yeol tertegun, menatap
manik indah yang berlapis genangan air mata di wajah cantik Baek Hyun, dengan
nyamannya ia menerima perlakuan Baek Hyun dan menuntunnya pula untuk menyentuh
tangan indah itu. Ada satu hal yang tidak ia mengerti, mengapa ketika hatinya
terasa gelisah, ia memikirkan Baek Hyun seolah namja bermarga Byun itu adalah
satu-satunya penawar kegelisahannya.
Chan Yeol masih menatap lekat
mata itu, menatapnya semakin dalam, dan entah sejak kapan jarak diantara mereka
menyempit dan semakin lama semakin mendekat. Baek Hyun tidak mengerti mengapa
ia justru memejamkan matanya ketika wajah Chan Yeol hanya tinggal berjarak
beberapa centimeter dari wajahnya, hingga ia menyadari sebuah benda kenyal
menyapa permukaan kulit bibirnya barulah ia membuka mata dan mengerjapkannya berulang
kali. Sulit untuk merespon perlakuan Chan Yeol ia hanya terdiam dan membiarkan
namja itu melumat bibirnya, tidak kasar dan tidak menuntun, hanya ciuman biasa
yang di warnai air mata dari Chan Yeol.
~*you into
my life*~
Kyung Soo penuh kebimbangan,
besok Lu Han akan pergi ke Cina, ke tanah daratan yang terpisah darinya, ia
akan semakin sulit menjangkau namja yang sudah belasan tahun bersahabat
dengannya, demi apapun Kyung Soo jelas tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Menjadi
penyebab utama keretakan hubungan Se Hun dan Lu Han, ia harus memutar otak
untuk mencari akal agar keduanya kembali bersama lagi. Kyung Soo meraih cepat SmartPhone nya dan menggenggam erat benda itu, ia menarik nafas
berkali-kali sembari memandang bayangan dirinya di cermin, berkali-kali ia mencoba meyakinkan diri dan
siap melangkah meskipun ia tahu konsekuensinya. Ia memejamkan matanya dengan
sangat erat setelah sukses berdebat dengan akal sehatnya, ini memang rumit tapi
mau tidak mau harus ada satu yang ia perjuangkan. Perlahan, ia memandang layar smartphone nya, dan dengan lincahnya ia
menyentuh beberapa digit angka dan menyentuh tombol panggil, dengan segera benda itu telah berada
di kuping sebelah kirinya.
Tidak butuh beberapa lama, karena
orang yang sedang di Telefon Kyung Soo langsung mengangkat panggilan itu
setelah beberapa detik berlalu.
“ eum, Chagiya…!!” sahut suara
lembut di seberang sana
Kyung Soo menelan ludahnya dengan
susah payah setelah mendengar suara sang kekasihnya itu.
“ Kyunggie~~?” panggil Kai lagi,
karena Kyung Soo masih saja terdiam.
Kyung Soo menggigit bibirnya, “
huuhhh~~ Kai!”
“Eum..”
“ Saranghae…”
“ aku tahu…. Aku juga….”
“ kau percaya padakukan?, apapun
yang aku lakukan aku akan tetap mencintaimu”
“ Ne, tapi. Ada apa ini Kyung
Soo?” Kai terdengar mulai bingung.
Kyung Soo berusaha mencoba agar
terdengar setenang mungkin di telinga Kai.
“ aku…… Akan Menyatukan Mereka
Kembali, Lu Han tidak bersalah, akulah penyebabnya demi melindungiku ia rela
menghancurkan sendiri masa depannya setelah mendengar ancaman bodoh dari namja
Sialan itu.”
“iya… Tapi. Apa maksud nya ini
Kyunggie~?”
“ aku akan menemui Se Hun
sekarang, kau tahu apa artinya kan?”
Kai tidak menjawab, dan jelas itu
membuat KyungSoo semakin gelisah.
“ Kai, aku minta maaf karena
harus mengorbankan hubungan kita… tapi masalah Lu Han dan Se Hun jauh lebih
penting… Besok. Lu Han akan ke Cina. Dan
jelas itu tidak boleh terjadi_”
“ pergilah!”
Kyung Soo mengerjap-erjapkan
matanya, mencoba mencerna baik-baik kata-kata yang mampir ketelinganya.
“ Kai?”
“ kau ingin menemui Se Hun dan
menceritakan sebenarnyakan?”
“ ne,”
“ dan itu artinya, jika kau
meninggalkan rumah maka orang tuamu jelas tidak akan mengijinkannya dan
menjadikan hubungan kita sebagai jaminannya,”
“ Ne”
“lalu kenapa kau ragu? Kau
mencintaiku dan aku percaya padamu….., kau melakukan semua ini untuk Lu Han dan
juga sahabatku… aku tidak marah, aku percaya Tuhan pasti punya caranya sendiri
untuk menyatukan kita kembali. Jadi pergilah!” tutur Kai bijak.
Kyung Soo meneteskan air matanya,
ia tidak habis pikir mengapa kedua orang tuanya sangat idak merstui hubungan
mereka padahal Kai adalah namja yang baik.
“ aku mencintaimu Kai, sangat…..”
lirih Kyung Soo di tengah isakannya.
“ Nado. Aku bangga memilikimu
Kyunggie~. Jadi sekarang berjuanglah, aku juga akan membantumu.” Balas Kai
Kyung Soo mengangguk,membuat
genangan air mata yang masih menumpuk di sudut matanya menetes.”Heum!” .
~*you into
my life*~
“ Mau kemana?” sergap Eomma Kyung
Soo yang mendapati anak tunggalnya itu terburu-buru keluar dari kamarmarnya
dengan jaket tebal berwarna abu-abu.
“keluar,”
Eomma Kyung Soo mengerutkan
keningnya, “ dengan Kai?”
Kyung Soo menggeleng, dan kembali
melangkahkan kakinya.
“ tetap di tempatmu! Siapa yang
mengijinkanmu pergi! Kau tidak boleh!” bentak eommanya.
Kyung Soo menoleh dengan wajah
tanpa ekspresi, di tatapnya wajah eommanya.
“ aku bukan boneka Eomma, aku
harus pergi sekarang” ucapnya dingin
Eomma Kyung soo melebarkan
bulatan matanya, shock mendengar tuturan anaknya itu.
“ kau berani?! Kau sudah bosan
berhubungan dengan Kai?! Kau ingin BERPISAH dengannya?!” geram eomma Kyung Soo
dengan memberikan tekanan pada kalimatnya.
“ anya! Aku takut eomma, sangat
takut kehilangan Kai, tapi aku harus pergi sekarang, maaf kan aku eomma.”
“ Kyung Soo! Berani kau
melangkah, maka hubungan mu degan namja itu…. Berakhir!”
Kyung soo tidak peduli lagi
dengan ancaman eommanya dan sebelum kata-kata yang lebih menyakitkan lagi
keluar dari mulut pedas eommanya ia berlari secepat mungkin menjauh dari rumah
yang terasa seperti penjara itu.
“ Kyung Soo!!! KEMBALI!! KYUNG
SOO!!” panggil eommanya.
~*you into
my life*~
Mungkin sudah kesekian kalinya
Chan Yeol mengusap tengkuknya, dan berulang kali merutuki dirinya karena telah
membuat suasana terasa benar-benar sangat canggung sekarang, akibat
kebodohannya yang telah berani mencium Baek Hyun. Sementara namja mungil disampingnya
sibuk menetralisirkan perasaan nya yang campur aduk akibat peristiwa langkah
beberapa menit yang lalu.
Chan Yeol menoleh lalu sengaja
menatap jam tangan nya, “ Eum, malam sudah larut, kita sebaiknya pulang.”
Baek Hyun mengangguk dan lebih
dulu beranjak dari tempatnya, kemudian disusul oleh Chan Yeol.
-
-
-
Baek Hyun segera turun dari motor
Chan Yeol begitu tiba, tidak lupa ia menyerahkan kembali helmnya kepada Chan
Yeol, meskipun sedikit malu karena masih teringat kejadian di pinggiran sungai Han
itu, Baek hyun mencoba memberanikan diri untuk menatap namja jangkung yang ia
akui sukses mencuri ciuman pertamanya.
“ go… gomawoyo….” Ujarnya sedikit
kaku
“a..ah Nne” balas Chan Yeol tidak
kalah kaku.
“ kau, sudah tidak merasa sedih
lagi sekarang?”
“ Ne?....... ah Ne! gomawo…, berkat kau”
Baek Hyun tersentak mendengar
ucapan Chan Yeol dan sukses menciptakan semburat rona merah di pipi putihnya.
Menyadari sesuatu Chan Yeol segera menundukkan kepalanya sembari tersipu. “
Maaf, aku telah lancang mencium mu” sesalnya meskipun kesalahan itu membuatnya
terlalu senang.
Baek Hyun menundukkan kepalanya,
“ ah, gwenchana, aku senang bisa mengobati rindumu,”. Baek Hyun melototkan
matanya, ia bingung mengapa malah kata-kata seperti itu yang keluar dari
bibirnya.
“ Gomawo. Jeongmal gomawo…” lirih
Chan Yeol
Baek Hyun mengangkat kepalanya
dan tertegun menatap senyum tulus milik Chan Yeol.
Iya….
Aku jatuh cinta…
Aku mencintainya…
“masuklah,”
kata-kata Chan Yeol menyadarkan Baek Hyun.
“Ne”
baek Hyun balas tersenyum dan berbalik segera meninggalkan namja bermarga Park
itu.
Masih
dengan menatap punggung kecil itu, Chan Yeol tersenyum penuh arti……
Saranghae, Byun
Baek Hyun
~*you into
my life*~
Kai duduk di sofa single sambil
menatap namja berkulit putih yang sedang latihan beberapa gerakan dance di
depan dinding berlapis cermin. Dalam diamnya Kai itu tersimpan harapan,
setidaknya demi Se Hun ia bahkan rela membiarkan hubungannya yang memang telah
mendapat lampu kuning dari orang tua Kyung Soo berakhir. Se Hun harus memaafkan
Lu Han dan kembali dengannya, demi hubungannya dengan Kyung Soo.
Se Hun menoleh, “ kalau tidak
ingin latihan, pulanglah” tegur Se Hun
Kai menggeleng.
“ aku sudah tidak apa-apa”
“ tapi aku tidak..”
Se hun mengerutkan keningnya, “
maksudanya?”
Kai berdiri dan melangkah
menghampiri Se Hun, menatap replica dirinya pada pantulan cermin yang menutupi
hampir seluruh dinding ruangan.
“ Kyung Soo bilang. Lu han tidak bersalah”
Kai menoleh.
Se Hun terdiam.
“ Kyung Soo tahu segalanya, ia
bilang karena ia Lu Han_”
“ aku tidak peduli”
Kai menatap bayangan Se Hun di
cermin, namja yang lebih tinggi beberapa centi darinya itu mengepalkan
tangannya kuat-kuat dan menampilkan buku-buku nya yang mulai memutih. Kai mungkin
bodoh, tapi ia tidak buta, ia bisa melihat dengan jelas raut wajah itu bukan
raut wajah orang yang tidak peduli.
Cklek!
kedua namja itu menoleh bersamaan
ketika mendengar suara pintu terbuka, disana berdiri seorang namja imut bermata
bulat, matanya sendu memandang Se Hun dan Kai secara bergantian. Ia melangkah
pelan, mendekat dan berdiri persis di antara ke dua namja itu, mata nya mulai
berkaca dan akhirnya pecah.
Se Hun tertegun di tempatnya,
menatap dua manic mata milik Kyung Soo yang basah. Pertama kalinya ia melihat
secara dekat air mata yang seolah menjadi luka namja imut di depannya, entah
bahkan rasa sakit itu menjalar hingga ke hatinya. Kai yang juga ada disana
hanya mampu terdiam menatap air mata sang kekasih, ingin sekali ia meraih tubuh
kecil itu dan memeluknya erat tapi ia urungkan.
Se Hun menoleh ke Kai, menatapnya
dengan tatapan ‘ apa yang terjadi’ tapi namja berkulit sedikit gelap itu hanya
menunduk.
“ ada apa ini? Kalian putus?”
Tanya Se Hun benar-benar bingung dengan keadaan yang terjadi di depannya.
“ ne” balas Kai singkat. “ jadi
kau jangan sia-siakan” sambung Kai.
“ Se Hun” serak Kyung Soo
Se Hun menoleh.
“ aku tau kau masih mencintai Lu
Han, tidak bisakah kau kembali padanya, Se Hun_”
“ tidak semudah itu” balas Se Hun
dingin, ia berbalik dan melangkah
“ terpaksa berpisah dari Kyung
Soo itu jauh lebih sulit!” tegur Kai kesal yang sukses menghentkan langkah kaki
Se Hun.
“ Kai!” tegur Kyung Soo. Kemudian
kembali menoleh pada Se Hun yang memunggunginya. “ aku tau ini sulit bagimu,
tapi sadarlah Lu Han juga korban, namja brengsek itu memanfaatkan ke luguan Lu
Han dan mengancam akan membunuhku jika Lu Han tidak menuruti permintaan nya,
sahabat macam apa Lu han jika ia sampai membiarkan sahabat nya mati.”
“ Cukup!” lirih Se Hun
“ Lu Han jauh lebih sulit
menerima keadaan dirinya, ia memilih diam dan memendam luka hingga sejauh ini,
sampai ia bertemu dengan mu. Tapi apa, setelah kau mengetahui segalanya kau pun berpaling dan menghindarinya… dia mau
mengadu kemana Se Hun. “
Se Hun terdiam, mencoba
mati-matian menekan rasa sakit di hatinya yang semakin lama semakin menyiksa,
semakin mempersempit ruang udara di dadanya, nafasnya semakin tidak teratur. Ia
jernikan segala pikirannya dan mencoba mengingat kembali sosok namja yang telah
mencuri hatinya, mencuri sebagian nafasnya bahkan kebahagiaanya.
“ besok….. Lu Han, dia akan ke
Cina”
Se Hun menoleh cepat, ekspesinya
mungkin datar tapi Kyung Soo cukup tau bahwa sebenarnya namja itu terkejut
setengah mati. Lama ia terdiam
menundukkan kepalanya memikirkan tentang apa yang harusnya ia lakukan sekarang,
bagaimana caranya agar Lu Han tidak meninggalkan korea dan hidup semakin jauh
darinya. Ia boleh marah sampai ia tidak ingin bertemu lagi dengan Lu Han, tapi
itu bukan berarti bahwa Lu Han harus sepenuhnya lenyap dari kehidupannya.
Bukankah namja itu adalah seluruh nafasnya, jika ia pergi mampukah Se Hun bertahan.
Jawabannya tidak, mendengar kabar Lu Han akan pergi saja ia merasa bumi
tempatnya berpijak seakan runtuh, apalagi jika itu sampai terjadi.
“ tahan dia, jangan biarkan dia
pergi” pinta Kyung Soo mematahkan kebimbangan Se Hun.
Se Hun mengangkat kepalanya
menatap mata namja berbibir tebal di depannya.
“ tapi….. haruskah? Dia sudah
memilih, itu yang dia inginkan. Aku tidak ada hak untuk melarangnya.”
Kyung Soo tertunduk sembari
menghela nafas panjang tanda ia menyerah, sia-sia semua pengorbanannya untuk
menyatukan mereka kembali. Sementara Kai mengepalkan tangannya, memejamkan
matanya dan mencoba menahan emosi yang sempat memuncak beberapa detik yang
lalu.
“ kembalilah, dan selesaikan
masalah kalian berdua. Aku minta maaf jika karena masalah ini kalian harus
berpisah, sudahlah kalian jangan khawatir, apa yang telah kami pilih berdua
itulah yang terbaik. “ sambung Se Hun sembari tersenyum.
Kai mengangkat kepalanya dan
menoleh kea rah Kyung Soo yang masih menunduk lesu dengan bahu gemetar,menyadari
bahwa Kyung Soo sedang menagis ia buru-buru mendekat dan merangkul kekasihnya
itu untuk sekedar menenangkannya.
Kyung Soo mengangkat kepalanya, “
tidak bisakah kalian menyatu lagi? …….. aku mohon, Se hun” pintanya untuk yang
terakhir .
Se Hun lalu menggeleng sebagai
jawaban terakhirnya.
Namja bermata bulat itu kembali
menghela, sembari menyeka sisa air mata yang masih membekas di wajahnya
manisnya.
~*you into
my life*~
Kai menggenggam erat tangan Kyung
Soo yang mulai terasa dingin, sambil terus menatapnya mencoba mengirimkan
kekuatan kepada kekasihnya itu. Entah siapa sekarang yang salah, karena ketika
ia menyalahkan Se Hun jelas ia tidak salah Karena dia tidak tau apa-apa,
sementara untuk menyalahkan Kyung Soo yang memilih langkah yang semula ia pikir
mampu untuk memersatukan sepasang kekasih yang terpisah itu juga ia tidak
mungkin. Kyung Soo berpikir bahwa ia lah penyebabnya maka ia pula lah yang
harus mengatasi masalah itu, dengan mengorbankan hubungan mereka berdua. Kai
juga tidak bisa menyalahkan orang tua Kyung Soo yang membatasi hubungan mereka
berdua, yang bahkan bertemu pun tidak boleh.
Perlahan, kaki jenjang Kai
melangkah, ia menatap pintu rumah yang tertutup rapat di depannya, ada perasaan
takut membayanginya yang akan menyambut di balik pintu itu, sebuah penolakan
dari kedua orang tua Kyung Soo. Tapi lagi-lagi, hawa dingin yang menjalar di
sekitar pegangan Kyung Soo pada lengannya memberikannya kekuatan, ia yakin
dengan pasti bahwa setiap permasalahan sesulit atau semudah apapun itu pasti
akan selalu ada penyelesaiannya.
“ Kai…..” panggil Kyung Soo
dengan suara sedikit gemetar.
Kai menoleh dan melihat raut
ketakutan pada wajah Kyung Soo.
“ kau yakin?”
Kai mengangguk harus dengan pasti
meski pun sebenarnya ia sendiri tidak yakin akan di terima oleh orang tua Kyung
Soo.
Keduanya berjalan perlahan sambil
terus berpegangan tangan, dalam hati Kyung Soo terus berdoa agar apa yang
mereka takutkan tidak akan terjadi, meskipun itu mustahil karena ia yakin bahwa
apa yang telah ia lakukan sudah sangat fatal.
Kai mengetuk pintu, hingga
ketukan ke tujuh barulah terdengar suara derap langkah kaki tergesa-gesa
mendekat kea rah mereka. Kyung Soo mulai panic begitu pun Kai namun ia tetap
tenang dan tidak menunjukkannya. Pintu
terbuka dan seorang namja tinggi berdiri menyambut mereka dengan mata melotot
dan menatap dengan kesal kea rah mereka.
“ Kyung Soo! Masuk!” ucapnya
tenang, tapi ada penegasan dari setiap kata-katanya itu.
Kyung Soo tidak bergeming, ia
terus saja menggenggam tangan Kai, dan itu justru semakin membuat sang ayah
kesal dan menarik tangan anaknya dengan paksa.
TAP!
“ tolong……! Jangan pisahkan
kami….!” Tegas Kai menahan tangan ayah
Kyung Soo yang sudah siap menarik anaknya itu.
Tuan Kim memincingkan matanya
sambil menatap Kai, tidak lama ia melepaskan pegangannya pada lengan kecil
Kyung Soo. Berselang beberapa detik kemudian Ibu Kyung Soo keluar dengan wajah
memerah karena menahan marah.
“ KYUNG SOO!!” tegur sang ibu
setengah teriak. “ masuk!” sambungnya dengan mata melotot.
Kyung Soo tertunduk lesu,
tangannya melemas pada pegangannya di genggaman Kai membuat namja berkulit
sedikit gelap itu ketakutan. Dengan pasrah ia melirik Kyung Soo yang hanya
tertunduk tanpa daya, satu persatu tautan jari itu terlepas hingga akhirnya tak
ada satu pun lagi yang saling bersentuhan. Kai menatap gelisah sosok namja yang
sangat di cintainya itu dengan bibir terkunci, ingin bicara tapi takut tidak di
anggap, ia ingin memanggil namja itu, tapi ia tidak berhak jika ia sudah
berhadapan dengan orang tua Kyung Soo.
“ Kyunggie~” bisiknya, dan bohong
jika kedua orang tua itu tidak melihatnya.
Kai akhirnya menunduk pasrah
ketika Kyung Soo masuk kedalam rumah, sementara orang tua Kyung Soo saling
berpandangan dan akhirnya menghela nafas panjang. Ibu Kyung Soo masuk dan
menyusul anaknya yang berjalan pelan menuju peristirahatannya. Kai mengangkat
kepala dan memberanikan diri menatap ayah Kyung Soo, lama mereka saling
bertatapan sampai ketika Kai mundur selangkah dan mengejutkan ayah Kyung Soo
dengan berlutut di depannya.
“ aku mohon…. Tolong…..jangan
pisahkan kami….., aku sangat mencintai Kyung Soo, aku tidak bisa apa-apa
tanpanya. Aku tau kami berdua masih kecil, masih belum tau apa-apa, masih belum
mengerti banyak tentang cinta. Tapi, Abonim…… aku benar-benar mencintai Kyung
Soo……” mata Kai mulai merah, perlahan air bening yang semula menumpuk di muara
tenang itu menetes. Ia tertunduk menahan
isakannya, biar bagaimana pun kuatnya ia, dan seberandal apapun dia,ia tetaplah
manusia biasa yang jika di hadapkan pada suatu masalah yang sulit untuk di
hadapinya maka ia pun pasti akan menangis.
Ayah Kyung Soo maju perlahan dan
duduk tepat di depan Kai, tangannya terulur dan menyentuh bahu kiri namja
berkulit Tan itu membuatnya tersentak dan releks langsung mengangkat kepalanya.
“ tidak akan ada yang memisahkan
kalian, Kai”
Mata Kai melebar, melihat tatapan
hangat ayah Kyung Soo yang tidak biasa ia tunjukkan kepada nya. Ia tidak
menyangka bahwa orang yang selalu marah-marah padanya setiap kali ia telat
mengantar Kyung Soo pulang itu ternyata punya sisi sehangat ini, meskipun tanpa
senyum.
“ seperti yang kau katakan,
kalian masih kecil dan belum tau apa-apa tentang cinta. Aku tidak melarang
kalian untuk berhubungan, hanya saja kalian perlu batasan agar tidak tenggelam
dalam permainan cinta. Orang yang sedang jatuh cinta itu penuh dengan resiko,
penuh pengendalian diri, kalian masih kecil dan takutnya jika kalian tidak
mampu untuk mengendalikan gejolak cinta maka akhirnya akan berujung pada sebuah
tanggung jawab besar. “ ayah Kyung Soo berdiri dan memberi isyarat agar Kai
juga ikut berdiri. Setela kedua namja yang hanya terpaut usia Sembilan belas
tahun itu berdiri dan saling berhadapan, ayah Kyung Soo kembali membuka suara.
“ aku tidak berharap akan seperti
itu, tapi sebagai antisipasi maka sebagai seorang ayah aku harus bertindak
lebih dulu. Aku hanya tidak ingin kalian melakukan kesalahan yang sama seperti
apa yang pernah aku lakukan, Kai. Menjalani hidup dengan tanggung jawab besar di usia muda, “ ayah Kyung Soo
menoleh dan menatap Kai yang terus mendengarkannya dengan serius.
“ percaya atau tidak, aku
memiliki Kyung Soo di usiaku yang ke dua puluh tahun, dan kami menjalani
masa-masa sulit setiap hari selama dua tahun karena tidak ada satu pun yang
peduli terhadap kami. Dan aku sadari itu semua karena kesalahan kami. Karena
itulah, aku dan eomma Kyung Soo memberikan kalian batasan, agar kalian tidak
terjerumus dan berakhir seperti kami.”
Ayah Kyung Soo mendekat dan memegang pundak Kai sembari tersenyum. “ aku
percaya padamu, Kai. Kau adalah namja yang baik dan bertanggung jawab. Tapi
belum saatnya aku memberikan tanggung jawab ini untukmu, kalian berdua butuh
proses untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan siap untuk sebuah hubungan
yang lebih serius.” Ayah Kyung Soo mengakhiri kata-kata panjangnya dengan
merangkul Kai dan membawa namja tampan itu kepelukannya.
“Ghamsahamnida, abonim” legah Kai.
Ayah Kyung Soo mengangguk, “ tapi
jangan senang dulu”
Kai tersentak dan buru-buru
melapaskan pelukannya dan menatap wajah Ayah Kyung Soo dengan serius,
“ karena kau telah berani membawa
Kyung Soo dan baru memulangkannya selarut ini, maka batasan kalian di
perketat!” tegasnya.
“ Wae?”
Ayah Kyung Soo menggeleng, “
tidak ada pengecualian. Jadi sekarang pulanglah”
“ tapi,_”
“ no no no, sekarang pulanglah,
atau kau tidak boleh bertemu Kyung Soo untuk selamanya.” Final ayah Kyung Soo
membuat Kai bernafas panjang dan menyerah.
“ Ne, arasso arasso. Tapi
sampaikan salamku padanya.” Pinta Kai.
Ayah Kyung Soo hanya mengangguk
sembari tersenyum simpul dan menutup pintu ketika Kai sudah berbalik dan
melangkah pergi meninggalkan pekarangan rumah milik keluarga Kim itu. Sebelum benar-benar meninggalkan rumah
bertingkat dua bercat biru yang di padukan dengan warna abu-abu itu, ia
sempatkan menatap jendela kamar Kyung Soo yang lampunya masih menyala. Ia
tersenyum bahagia, ternyata segala batasan
yang di berikan orang tua Kyung Soo kepada mereka bukanlah larangan tapi
sebuah tanggung jawab, yang menjadi penguji apakah mereka mampu menjalaninya
atau tidak.
~*you into
my life*~
Seorang namja bersandar pada
dinding berlapis cermin dalam sebuah ruangan, lampu ia padamkan dan hanya ada
cahaya dari benda pipih yang ia letakkan di sampingnya, matanya terpejam namun tetap terjaga di
telinganya terpasang sepasang headset berwarna putih yang tersambung pada
Smartphone nya yang terus melantungkan lagu yang sama, ‘ it will rain (Bruno Mars) ‘. Sesekali ia ikut bernyanyi meskipun
tanpa suara, dan selalu mengakhiri lagu itu dengan raut kesakitan sembari
mengigit bibirnya. Perlahan ia membuka
mata ketika sinar lampu menyilaukan matanyanya yang terpejam, ia terlalu sakit
untuk terkejut ketika mendapati sosok namja jangkung berdiri di depannya.
Namja itu tersenyum dan ikut
duduk di samping Se Hun, tapi sayangnya namja yang lebih putih darinya itu
malah berdiri dan berpindah duduk ke sofa. Chan Yeol tersenyum sembari berdiri
lalu berjalan menuju Se Hun, tapi lagi sebelum Chan Yeol tiba namja itu kembali
berdiri namun sayang, tangan panjang Chan Yeol lebih cepat menangkap
pergelangan tangannya.
“ ada apa? Kenapa kau terlihat
lebih parah dari yang kemarin-kemarin?”
Se Hun tidak menjawab, ia hanya
terus terdiam hingga akhirnya ia menyerah dan kembali mendudukkan dirinya di
atas sofa. Chan Yeol melepaskan pegangannya membuat tangan kurus Se Hun jatuh
tanpa daya,
“ what should I do?”lirih Se Hun
menatap arah lain.
Chan Yeol mengerutkan keningnya,
bukan karena ia tidak tahu dengan apa yang di katakan Se Hun, tapi karena ia
tidak mengerti maksud namja itu.
“ memang ada apa?”
“ besok dia akan ke cina”
“ nugu?”
“ dia….”
Chan Yeol tidak perlu bertanya lagi,
karena ‘dia’ yang di maksud Se Hun pasti mengarah kepada Lu Han.
“ lalu kenapa kau bertanya?. Apa
yang kau rasakan, jika kau bahagia let he go…” ujarnya lalu tersenyum remeh
sembari menggelengkan kepalanya. “ tapi aku tidak yakin, coba lihat dirimu, dia
belum meninggalkanmu tapi kau sudah sehampa ini.” Singgungnya telak.
Ia menatap Se Hun yang masih
terdiam, “ aku tau rasanya kehilangan,”
Se Hun mengangkat kepalanya dan
menatap Chan Yeol tanpa ekspresi.” Tapi kau menemukan kebahagiaan mu setelahnya.”
Chan Yeol memecamkan matanya, ia
mengakui bahwa yang di katakan Se Hun itu benar karena buktinya setelah ibunya
meninggal, kesedihan itu akhirnya terbayar dengan kehadiran beberapa orang yang
menghiburnya.
“ kehilangan yang aku rasakan ini
berbeda, aku kehilangan jiwaku, kehilangan nafasku.”
“ karena itu bawa dia kembali!
Apa kau yakin akan menemukan kebahagiaan yang lain setelah ia pergi?”
“ Ne”
“ kau yakin bahwa itu akan terasa
sama?”
Se Hun terdiam,
“ kau yakin, bisa menjamin? Se
Hun, jangan bodoh. Membiarkannya pergi sama hal nya membiarkan kau tersiksa
berpuluh-puluh tahun karena penyesalan,
dan kau pikir dia akan bahagia disana? Tidak!”
Chan Yeol melangkah dan merengkuh
bahu Se Hun, menuntun namja itu untuk menatapnya, “ kau harus memilih, lepaskan
dia? Atau mempertahankannya?” geram Chan Yeol, tapi untuk sekali lagi namja itu
hanya terdiam, membuat Chan Yeol semakin kesal. “ jawab Se Hun! Jangan diam
saja!”
“ Argh!! Tapi ia sudah redup!!”
teriak Se Hun sembari melepaskan dengan paksa tangan Chan Yeol di bahunya. Tapi
namja jangkung itu justru merengkuh kerah baju Se Hun.
“ karena itu lengkapi ia! Jadilah
penerangnya! Jangan biarkan ia tenggelam dalam gelap, bawa ia kembali!”
Tahan!!!
Se Hun
sepertinya mulai bingung pemirsa, apakah Ia akan tetap membiarkan Lu Han pergi
atau akan menahannya? Nantikan kisah selanjutnya di YIML Last Chapter……..!!