Minggu, 22 Desember 2013

[FF Kyominia] You Into My Life ( Angel) Chap 5






Fanfiction
Tittle  :
You Into My Life ( Angel )
Author  :
@Kyo Mi Na
Main Cast  :
-        Park Chanyeol
-        Byun Baekhyun
-        Oh Sehun
-        Xi Luhan
-        Kim Jong In ( Kai )
-        Do Kyungsoo
-        Kris ( Park Yi Fan )
-        Lee Donghae ( maaf yang di dalam cerita ini saya nistakan)

Type  :
Chapter

Genre  :
Yaoi, romance (?) , Friendship



Tidak akan pernah ada bosannya author mengingatkan bahwa sanya FF ini murni dari pemikiran Author sendiri dan tidak ada campur tangan dari orang lain. NO COPAS, men hari gini gak kreatif!! YA ELAH!!! Jadi jika ada kesamaan alur cerita bahkan judul,itu hanya kuasa Tuhan semata, bukan kemauan Author. Wassalam!!

Gak ada cuap-cuap…., langsung aja dah baca!!


You Into My Life
Chapter
5





Kyung Soo menatap namja berwajah imut yang menuntunnya menuju pintu utama, hari sudah semakin sore dan eomma Kyung Soo telah berulang kali mengirimkan nya pesan singkat yang kesemuanya berisi perintah agar ia segera pulang ke rumah. Meskipun sebenarnya ia ingin tinggal untuk beberapa lama lagi, setidaknya untuk mencoba meyakinkan Lu Han agar ia merubah keputusannya untuk meninggalkan korea. Kyung Soo menoleh ketika ia telah berada di luar, kembali menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan senduh.
Lu Han hanya tersenyum, senyum yang coba ia tunjukkan sebagai bentuk bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia benar-benar yakin dengan keputusannya saat ini.

“ Lu Han, tidak bisakah kau tetap disini” pinta Kyung Soo sekali lagi memohon agar Lu Han merubah keputusanya.

Tapi sekali lagi, Lu Han hanya bisa menggeleng.

“ apa kau yakin?”

Lu Han mengangguk, “ ini yang terbaik, aku harap kau dapat mengerti akan posisiku.” Sahut Lu Han.

Kyung soo terdiam, mendengar kalimat itu, ia sepertinya sudah tidak punya hak untuk melarang Lu Han lagi. Helaan nafas akhirnya terdengar dari mulut kyung Soo sebelum akhirnya ia meraih tubuh kurus itu dan memeluknya dengan sangat erat.

“ Mianhae…..! Lu Han. Jika ada sesuatu yang dapat aku lakukan untuk  membuat mu tetap disini, demi apapun itu aku akan melakukannya, semampuku. Aku hanya tidak ingin kau pergi…..”

Lu Han menggigit pinggir bibirnya ketika ia merasakan getaran hebat pada bahu Kyung Soo, menahan dengan kuat agar iapun tdak menangis karena nyatanya kini namja bermata bulat yang sedang memeluknya ini tengan menangis. Ia pun sama, jika saja ada alasan yang mengharuskan ia agar tetap berada di sini dan demi apapun itu, akan ia lakukan. Tapi sayangnya hal itu sudah tdak ada lagi. Meninggalkan Korea adalah satu-satunya jalan agar ia bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa bayang-bayang kelam yang pernah ia alami dulu. Dan demi kebahagiaan itu, ia rela meskipun harus meninggalkan orang tua, sahabat dan juga Se Hun.


~*you  into  my  life*~


Lu Han buru-buru masuk dan mengunci pintu ketika Kyung Soo sudah tidak terlihat lagi di depan rumahnya. Dengan tangan masih mengantung di kenop pintu ia terduduk dan membungkam erat bibirnya agar isakannya tidak keluar dan di dengar oleh eommanya yang berada di dalam rumah. Tapi sayanganya sang eomma yang tidak sengaja melintas melihatnya dan segera menghampiri Lu Han.
“ Lu Han?! Kau kenapa,nak? Apa yang terjadi?! Beri tahu eomma?” tanya sang eomma cemas.

Lu Han menatap eommanya dengan buliran air mata yang masih bebas jatuh kepipi putihnya.
“ eomma, hiks…, jangan biarkan seseorang menemuiku lagi.. hiks… aku takut….. kalau aku sampai berubah pikiran….. hiks aku……….aku harus bagaimana, eomma!” isaknya.

Eomma Lu Han tidak bicara lagi, ia menarik tubuh anaknya dan memeluknya penuh rasa sayang. Untuk saat ini ia hanya ingin agar malaikat kecil nya tidak sedih lagi, karena tiap bulir air mata yang menetes dari mata indah Lu Han adalah hantaman godam raksasa yang memukul hatinya berkali-kali lipat, rasa sakit yang dirasakannya jauh lebih perih dari apa yang dirasakan Lu Han, karena ini adalah perasaan seorang eomma.

~*you  into  my  life*~


Baek Hyun hampir terjatuh dari kursinya ketika benda persegi yang ia letakkan di atas meja tepatnya di dekat telingannya berdering, namja ini sedang membaringkan kepalanya di meja jadi wajar saja jika ia kaget setengah mati begitu. Dengan kesal ia menyambar SmartPhonenya, dan sudah siap untuk mengumpat orang yang menelefon. Tapi hal itu dibatalkannya, ketika melihat contac name yang memanggil. Chan Yeol’.

“ Yeoboseyo?”

“…..”. hening.

“ Chan Yeol? Gwencahana?” Baek Hyun penasaran, kenapa hingga beberapa puluh detik berlalu namja itu juga belum terdengar suaranya.

“ YIA!!! Park Chan Yeol!! Kau mengerjaiku?.........Chan Yeol? Ahh Wae..?!!” gelisah Baek Hyun semakin tidak tahan, namja jangkung itu tetap tidak memberikan balasan sama sekali, aneh.

“ ya sudah! Kalau tidak mau bicara aku tutup telefonnya!”

“…..” dan hening lagi-lagi….

Baek Hyun menghela…., “ aku tutup, ne. Chan Yeol…………” Baek Hyun menyerah, sedikit berat hati ketika ia harus memutuskan panggilan itu.

Tapi berselang beberapa detik kemudian, benda serba guna itu, kembali berdering. Baek Hyun melirik dan kembali mendapati contac name yang sama, Chan Yeol. Ada apa sebenarnya, mengapa namja itu terus menelefon tanpa mengucapkan sepatah katapun. Baek Hyun  memejamkan matanya, menghela nafas singkat, lalu mengacuhkannya, ia memilih beranjak dari kursinya dan menghampiri jendela kamar yang hordennya masih terbuka, dan pemandangan tak biasa hadir di depan matanya, seorang namja dengan jaket blaster putih biru berdiri di samping sebuah motor besar yang terparkir tepat di depan rumah milik kediaman Byun itu. Chan Yeol masih menempelkan smartphonenya ketelinga sembari menatap lekat ke lantai dua dimana Baek Hyun berada, yang juga menatapnya dengan bingung.

Baek Hyun menoleh ke meja belajarnya di mana benda persegi itu ia letakkan,masih berdering. Dengan segera ia berlari dan menyambarnya, dengan gerakan cepat ia mengangkat telefon itu.
“ Wae? Apa yang kau lakukan di depan rumahku?” hambur Baek Hyun, jelas ia bingung.

“ temani aku, sebentar saja” akhirnya, namja itupun bersuara.

Baek Hyun terkejut, bukan hanya kata-kata itu, tapi suara yang mengiringi kata itulah yang membuatnya terenyuh. Cara Chan Yeol mengatakannya, terasa seperti ada kesan yang sarat akan makna, makna yang sesungguhnya, yang membawa luka bahkan Baek Hyun pun ikut terbawa karena luka itu.
“ ne….” sahutnya kemudian.

Beberapa menit kemudian, Baek Hyun keluar dari rumahnya setelah meminta ijin pada Eomma dan Appa, untunglah kedua orang tuanya termasuk kedalam orang tua yang pernah muda, jadi pantaslah jika mereka memberikan ijin untuk Baek Hyun, apa lagi jika mereka tau anaknya itu keluar dengan Chan Yeol. Mereka sudah memberi lampu hijau untuk keduanya, padahal Baek Hyun sama sekali tidak menjalin hubungan dengan namja jangkung itu. Memang orang tua yang berlebihan.

Chan Yeol menoleh ketika Baek Hyun tiba di dekatnya, Baek Hyun sedikit mengerutkan keningnya ketika namja itu hanya menoleh dengan ekspresi datar. 
“ kajja, kita berangkat.” Ujarnya tenang.

Baek Hyun ingin bertanya sebelum Chan Yeol memberikannya helm untuk kemudian di kenakannya, tapi ada sesuatu yang menuntunnya untuk tetap diam seperti itu, ia seolah tidak ingin mengacaukan ketenangan namja tampan ini. Bahkan hingga ketika motor melaju dan meninggalkan tempat itu, Baek Hyun hanya terdiam, sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Chan Yeol karena namja itu memacu motor besar itu dengan sangat laju.


Baek Hyun mengatupkan rahangnya rapat-rapat ketika udara dingin menyapa permukaan kulitnya. Sedikit merasa kesal karea namja di depannya hanya terdiam sembari berdiri membelakanginya. Baek Hyun meniup kedua tangannya, mencoba menghangatkan diri dari angin malam di pinggiran sungai Han, ia juga bingung kenapa ia tidak protes ketika namja itu membawanya kesini.

“ Chan Yeol….” Panggilnya dengan suara serak.

Namja itu menoleh, dan menghampiri Baek Hyun sambil melepas jaket miliknya, lalu memberikannya kepada Baek Hyun.
  kau kedinginan?”
Baek Hyun mengangguk sembari meraih jaket milik Chan Yeol, namja jangkung itupun ikut duduk di samping Baek Hyun.
“ maaf, aku tidak tau kalau kau begitu peka dengan udara dingin,” sesal Chan Yeol, tanpa ekspresi sama sekali.

Baek Hyun menghela, bohong jika ia tidak peduli dengan tatapan datar itu, padahal yang ia tahu namja jangkung disampingnya ini adalah namja yang ceria.
“ ada apa, Chan Yeol? Apa ada yang kau pikirkan?” Tanya Baek hyun akhirnya, setelah setengah mati menahan rasa ingin tahunya beberapa waktu yang lalu.

Chan Yeol menghela nafas panjang, untuk sejenak ia menggantukan kalimat Tanya Baek Hyun, masih terdiam dalam posisi ia menatap langit malam.

“ apa ini tentang Se hun” terkanya…

 Chan Yeol tidak merespon, jawaban itu bisa saja iya , tapi bukan itu, ada yang lain yang mengusik ingatan masa lalu Chan Yeol beberapa tahun silam. Di hari ini, tepat tanggal ini ia kehilangan eommanya. Sosok Yeoja deawsa yang baik hati, penyayang, setia, mengerti akan kebutuhannya, mengerti akan kesulitannya, yeoja yang sempat membuat kehidupan Chan Yeol suram akibat kepergiannya, meninggal pada tanggal dan bulan yang sama dengan hari ini. Itu alasan yang membuat Chan Yeol berbeda dari yang biasa.

“ jangan salahkan Lu Han, bukan itu yang sebenarnya, aku tahu Chan Yeol…. Ia mengungkap semuanya……, Lu Han tidak pernah tidur dengan namja itu, namja itulah yang memaksa Lu Han dengan alasan ia akan membunuh Kyung Soo jika Lu Han tidak menuruti keinginan bejatnya itu!” lanjut Baek Hyun dengan mata berkaca-kaca karena ia pikir bahwa masalah itulah yang membuat namja jangkung ini terlihat sedih. 

“ Cha Yeol…..” panggil Baek Hyun sembari menyentuh bahu Chan Yeol.
Chan Yeol menoleh, matanya merah, dan Nampak genangan air disana.
“ boleh aku pinjam bahumu…”lirihnya dan semampunya ia menahan agar suaranya tetap terdengar normal.
Baek Hyun mengangguk meskipun sempat terkejut, iapun merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan tubuh namja jangkung itu. Disana di bahu kecil itu, Chan Yeol merebahkan lukanya, tangisnya tumpah dan membasuh baju kaos Baek Hyun. Namja itu menggerakkan kepalanya ketika merasakan ada sesuatu yang dingin menyentuh kulit bahunya, ia sadar bahwa namja itu menangis.
“ Chan Yeol, kau kenapa? Kenapa menangis?”

Chan Yeol tidak bisa lagi menyembunyikan isakan yang perlahan lolos dari bibirnya, “ aku merindukan eomma” lirihnya, kemudian meregangkan pelukannya dan buru-bru mengusap sisa air mata yang masih ada di pelupuk matanya.
“ hari ini, hari dimana aku kehilangannya, hari dimana dia tidak sangup lagi melawan penyakitnya. Hari dimana eomma ku meninggal, Baek hyun…..” chan yeol menoleh dan bertemu pandang dengan Baek Hyun. “ aku merindukannya”.

Setetes air bening berhasil meluncur dari sudut mata Baek Hyun, lirih kata-kata Chan Yeol membuatnya tersentuh, menuntun tangannya untuk sekedar menyentuh pipi Chan Yeol, mengusap lembut jejak air mata yang masih tersisa disana. Chan Yeol tertegun, menatap manik indah yang berlapis genangan air mata di wajah cantik Baek Hyun, dengan nyamannya ia menerima perlakuan Baek Hyun dan menuntunnya pula untuk menyentuh tangan indah itu. Ada satu hal yang tidak ia mengerti, mengapa ketika hatinya terasa gelisah, ia memikirkan Baek Hyun seolah namja bermarga Byun itu adalah satu-satunya penawar kegelisahannya.
Chan Yeol masih menatap lekat mata itu, menatapnya semakin dalam, dan entah sejak kapan jarak diantara mereka menyempit dan semakin lama semakin mendekat. Baek Hyun tidak mengerti mengapa ia justru memejamkan matanya ketika wajah Chan Yeol hanya tinggal berjarak beberapa centimeter dari wajahnya, hingga ia menyadari sebuah benda kenyal menyapa permukaan kulit bibirnya barulah ia membuka mata dan mengerjapkannya berulang kali. Sulit untuk merespon perlakuan Chan Yeol ia hanya terdiam dan membiarkan namja itu melumat bibirnya, tidak kasar dan tidak menuntun, hanya ciuman biasa yang di warnai air mata dari Chan Yeol.


~*you  into  my  life*~


Kyung Soo penuh kebimbangan, besok Lu Han akan pergi ke Cina, ke tanah daratan yang terpisah darinya, ia akan semakin sulit menjangkau namja yang sudah belasan tahun bersahabat dengannya, demi apapun Kyung Soo jelas tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Menjadi penyebab utama keretakan hubungan Se Hun dan Lu Han, ia harus memutar otak untuk mencari akal agar keduanya kembali bersama lagi. Kyung Soo  meraih cepat SmartPhone nya dan menggenggam erat benda itu, ia menarik nafas berkali-kali sembari memandang bayangan dirinya di cermin,  berkali-kali ia mencoba meyakinkan diri dan siap melangkah meskipun ia tahu konsekuensinya. Ia memejamkan matanya dengan sangat erat setelah sukses berdebat dengan akal sehatnya, ini memang rumit tapi mau tidak mau harus ada satu yang ia perjuangkan. Perlahan, ia memandang layar smartphone nya, dan dengan lincahnya ia menyentuh beberapa digit angka dan menyentuh tombol  panggil, dengan segera benda itu telah berada di kuping sebelah kirinya.

Tidak butuh beberapa lama, karena orang yang sedang di Telefon Kyung Soo langsung mengangkat panggilan itu setelah beberapa detik berlalu.

“ eum, Chagiya…!!” sahut suara lembut di seberang sana

Kyung Soo menelan ludahnya dengan susah payah setelah mendengar suara sang kekasihnya itu.

“ Kyunggie~~?” panggil Kai lagi, karena Kyung Soo masih saja terdiam.

Kyung Soo menggigit bibirnya, “ huuhhh~~ Kai!”

“Eum..”

“ Saranghae…”

“ aku tahu…. Aku juga….”

“ kau percaya padakukan?, apapun yang aku lakukan aku akan tetap mencintaimu”

“ Ne, tapi. Ada apa ini Kyung Soo?” Kai terdengar mulai bingung.

Kyung Soo berusaha mencoba agar terdengar setenang mungkin di telinga Kai.
“ aku…… Akan Menyatukan Mereka Kembali, Lu Han tidak bersalah, akulah penyebabnya demi melindungiku ia rela menghancurkan sendiri masa depannya setelah mendengar ancaman bodoh dari namja Sialan itu.”

“iya… Tapi. Apa maksud nya ini Kyunggie~?”

“ aku akan menemui Se Hun sekarang, kau tahu apa artinya kan?”

Kai tidak menjawab, dan jelas itu membuat KyungSoo semakin gelisah.

“ Kai, aku minta maaf karena harus mengorbankan hubungan kita… tapi masalah Lu Han dan Se Hun jauh lebih penting… Besok. Lu Han akan ke  Cina. Dan jelas itu tidak boleh terjadi_”

“ pergilah!”

Kyung Soo mengerjap-erjapkan matanya, mencoba mencerna baik-baik kata-kata yang mampir ketelinganya.
“ Kai?”

“ kau ingin menemui Se Hun dan menceritakan sebenarnyakan?”

“ ne,”

“ dan itu artinya, jika kau meninggalkan rumah maka orang tuamu jelas tidak akan mengijinkannya dan menjadikan hubungan kita sebagai jaminannya,”

“ Ne”

“lalu kenapa kau ragu? Kau mencintaiku dan aku percaya padamu….., kau melakukan semua ini untuk Lu Han dan juga sahabatku… aku tidak marah, aku percaya Tuhan pasti punya caranya sendiri untuk menyatukan kita kembali. Jadi pergilah!” tutur Kai bijak.

Kyung Soo meneteskan air matanya, ia tidak habis pikir mengapa kedua orang tuanya sangat idak merstui hubungan mereka padahal Kai adalah namja yang baik.
“ aku mencintaimu Kai, sangat…..” lirih Kyung Soo di tengah isakannya.

“ Nado. Aku bangga memilikimu Kyunggie~. Jadi sekarang berjuanglah, aku juga akan membantumu.”  Balas Kai

Kyung Soo mengangguk,membuat genangan air mata yang masih menumpuk di sudut matanya menetes.”Heum!” .


~*you  into  my  life*~

“ Mau kemana?” sergap Eomma Kyung Soo yang mendapati anak tunggalnya itu terburu-buru keluar dari kamarmarnya dengan jaket tebal berwarna abu-abu.

“keluar,”

Eomma Kyung Soo mengerutkan keningnya, “ dengan Kai?”

Kyung Soo menggeleng, dan kembali melangkahkan kakinya.

“ tetap di tempatmu! Siapa yang mengijinkanmu pergi! Kau tidak boleh!” bentak eommanya.

Kyung Soo menoleh dengan wajah tanpa ekspresi, di tatapnya wajah eommanya.
“ aku bukan boneka Eomma, aku harus pergi sekarang”  ucapnya dingin

Eomma Kyung soo melebarkan bulatan matanya, shock mendengar tuturan anaknya itu.
“ kau berani?! Kau sudah bosan berhubungan dengan Kai?! Kau ingin BERPISAH dengannya?!” geram eomma Kyung Soo dengan memberikan tekanan pada kalimatnya.

“ anya! Aku takut eomma, sangat takut kehilangan Kai, tapi aku harus pergi sekarang, maaf kan aku eomma.”

“ Kyung Soo! Berani kau melangkah, maka hubungan mu degan namja itu…. Berakhir!”

Kyung soo tidak peduli lagi dengan ancaman eommanya dan sebelum kata-kata yang lebih menyakitkan lagi keluar dari mulut pedas eommanya ia berlari secepat mungkin menjauh dari rumah yang terasa seperti penjara itu.

“ Kyung Soo!!! KEMBALI!! KYUNG SOO!!”  panggil eommanya.


~*you  into  my  life*~

Mungkin sudah kesekian kalinya Chan Yeol mengusap tengkuknya, dan berulang kali merutuki dirinya karena telah membuat suasana terasa benar-benar sangat canggung sekarang, akibat kebodohannya yang telah berani mencium Baek Hyun. Sementara namja mungil disampingnya sibuk menetralisirkan perasaan nya yang campur aduk akibat peristiwa langkah beberapa menit yang lalu.

Chan Yeol menoleh lalu sengaja menatap jam tangan nya, “ Eum, malam sudah larut, kita sebaiknya pulang.”

Baek Hyun mengangguk dan lebih dulu beranjak dari tempatnya, kemudian disusul oleh Chan Yeol.
-
-
-
Baek Hyun segera turun dari motor Chan Yeol begitu tiba, tidak lupa ia menyerahkan kembali helmnya kepada Chan Yeol, meskipun sedikit malu karena masih teringat kejadian di pinggiran sungai Han itu, Baek hyun mencoba memberanikan diri untuk menatap namja jangkung yang ia akui sukses mencuri ciuman pertamanya.
“ go… gomawoyo….” Ujarnya sedikit kaku

“a..ah Nne” balas Chan Yeol tidak kalah kaku.

“ kau, sudah tidak merasa sedih lagi sekarang?”

“ Ne?....... ah  Ne! gomawo…, berkat kau”

Baek Hyun tersentak mendengar ucapan Chan Yeol dan sukses menciptakan semburat rona merah di pipi putihnya. Menyadari sesuatu Chan Yeol segera menundukkan kepalanya sembari tersipu. “ Maaf, aku telah lancang mencium mu” sesalnya meskipun kesalahan itu membuatnya terlalu senang.

Baek Hyun menundukkan kepalanya, “ ah, gwenchana, aku senang bisa mengobati rindumu,”. Baek Hyun melototkan matanya, ia bingung mengapa malah kata-kata seperti itu yang keluar dari bibirnya.

“ Gomawo. Jeongmal gomawo…” lirih Chan Yeol

Baek Hyun mengangkat kepalanya dan tertegun menatap senyum tulus milik Chan Yeol.
Iya….
Aku jatuh cinta…
Aku mencintainya…

“masuklah,” kata-kata Chan Yeol menyadarkan Baek Hyun.

“Ne” baek Hyun balas tersenyum dan berbalik segera meninggalkan namja bermarga Park itu.

Masih dengan menatap punggung kecil itu, Chan Yeol tersenyum penuh arti……
Saranghae, Byun Baek Hyun


~*you  into  my  life*~


Kai duduk di sofa single sambil menatap namja berkulit putih yang sedang latihan beberapa gerakan dance di depan dinding berlapis cermin. Dalam diamnya Kai itu tersimpan harapan, setidaknya demi Se Hun ia bahkan rela membiarkan hubungannya yang memang telah mendapat lampu kuning dari orang tua Kyung Soo berakhir. Se Hun harus memaafkan Lu Han dan kembali dengannya, demi hubungannya dengan Kyung Soo.

Se Hun menoleh, “ kalau tidak ingin latihan, pulanglah”  tegur Se Hun

Kai menggeleng.  

“ aku sudah tidak apa-apa”

“ tapi aku tidak..”

Se hun mengerutkan keningnya, “ maksudanya?”

Kai berdiri dan melangkah menghampiri Se Hun, menatap replica dirinya pada pantulan cermin yang menutupi hampir seluruh dinding ruangan.
“ Kyung Soo bilang. Lu han tidak bersalah” Kai menoleh.

Se Hun terdiam.

“ Kyung Soo tahu segalanya, ia bilang karena ia Lu Han_”

“ aku tidak peduli”

Kai menatap bayangan Se Hun di cermin, namja yang lebih tinggi beberapa centi darinya itu mengepalkan tangannya kuat-kuat dan menampilkan buku-buku nya yang mulai memutih. Kai mungkin bodoh, tapi ia tidak buta, ia bisa melihat dengan jelas raut wajah itu bukan raut wajah orang yang tidak peduli.

Cklek!

kedua namja itu menoleh bersamaan ketika mendengar suara pintu terbuka, disana berdiri seorang namja imut bermata bulat, matanya sendu memandang Se Hun dan Kai secara bergantian. Ia melangkah pelan, mendekat dan berdiri persis di antara ke dua namja itu, mata nya mulai berkaca dan akhirnya pecah.

Se Hun tertegun di tempatnya, menatap dua manic mata milik Kyung Soo yang basah. Pertama kalinya ia melihat secara dekat air mata yang seolah menjadi luka namja imut di depannya, entah bahkan rasa sakit itu menjalar hingga ke hatinya. Kai yang juga ada disana hanya mampu terdiam menatap air mata sang kekasih, ingin sekali ia meraih tubuh kecil itu dan memeluknya erat tapi ia urungkan.

Se Hun menoleh ke Kai, menatapnya dengan tatapan ‘ apa yang terjadi’ tapi namja berkulit sedikit gelap itu hanya menunduk.

“ ada apa ini? Kalian putus?” Tanya Se Hun benar-benar bingung dengan keadaan yang terjadi di depannya.

“ ne” balas Kai singkat. “ jadi kau jangan sia-siakan” sambung Kai.

“ Se Hun” serak Kyung Soo

Se Hun menoleh.

“ aku tau kau masih mencintai Lu Han, tidak bisakah kau kembali padanya, Se Hun_”

“ tidak semudah itu” balas Se Hun dingin, ia berbalik dan melangkah

“ terpaksa berpisah dari Kyung Soo itu jauh lebih sulit!” tegur Kai kesal yang sukses menghentkan langkah kaki Se Hun.

“ Kai!” tegur Kyung Soo. Kemudian kembali menoleh pada Se Hun yang memunggunginya. “ aku tau ini sulit bagimu, tapi sadarlah Lu Han juga korban, namja brengsek itu memanfaatkan ke luguan Lu Han dan mengancam akan membunuhku jika Lu Han tidak menuruti permintaan nya, sahabat macam apa Lu han jika ia sampai membiarkan sahabat nya mati.”

“ Cukup!” lirih Se Hun

“ Lu Han jauh lebih sulit menerima keadaan dirinya, ia memilih diam dan memendam luka hingga sejauh ini, sampai ia bertemu dengan mu. Tapi apa, setelah kau mengetahui segalanya  kau pun berpaling dan menghindarinya… dia mau mengadu kemana Se Hun. “

Se Hun terdiam, mencoba mati-matian menekan rasa sakit di hatinya yang semakin lama semakin menyiksa, semakin mempersempit ruang udara di dadanya, nafasnya semakin tidak teratur. Ia jernikan segala pikirannya dan mencoba mengingat kembali sosok namja yang telah mencuri hatinya, mencuri sebagian nafasnya bahkan kebahagiaanya.

“ besok….. Lu Han, dia akan ke Cina”

Se Hun menoleh cepat, ekspesinya mungkin datar tapi Kyung Soo cukup tau bahwa sebenarnya namja itu terkejut setengah mati.  Lama ia terdiam menundukkan kepalanya memikirkan tentang apa yang harusnya ia lakukan sekarang, bagaimana caranya agar Lu Han tidak meninggalkan korea dan hidup semakin jauh darinya. Ia boleh marah sampai ia tidak ingin bertemu lagi dengan Lu Han, tapi itu bukan berarti bahwa Lu Han harus sepenuhnya lenyap dari kehidupannya. Bukankah namja itu adalah seluruh nafasnya, jika ia pergi mampukah Se Hun bertahan. Jawabannya tidak, mendengar kabar Lu Han akan pergi saja ia merasa bumi tempatnya berpijak seakan runtuh, apalagi jika itu sampai terjadi.

“ tahan dia, jangan biarkan dia pergi” pinta Kyung Soo mematahkan kebimbangan Se Hun.

Se Hun mengangkat kepalanya menatap mata namja berbibir tebal di depannya.

“ tapi….. haruskah? Dia sudah memilih, itu yang dia inginkan. Aku tidak ada hak untuk melarangnya.”

Kyung Soo tertunduk sembari menghela nafas panjang tanda ia menyerah, sia-sia semua pengorbanannya untuk menyatukan mereka kembali. Sementara Kai mengepalkan tangannya, memejamkan matanya dan mencoba menahan emosi yang sempat memuncak beberapa detik yang lalu.

“ kembalilah, dan selesaikan masalah kalian berdua. Aku minta maaf jika karena masalah ini kalian harus berpisah, sudahlah kalian jangan khawatir, apa yang telah kami pilih berdua itulah yang terbaik. “ sambung Se Hun sembari tersenyum.

Kai mengangkat kepalanya dan menoleh kea rah Kyung Soo yang masih menunduk lesu dengan bahu gemetar,menyadari bahwa Kyung Soo sedang menagis ia buru-buru mendekat dan merangkul kekasihnya itu untuk sekedar menenangkannya.

Kyung Soo mengangkat kepalanya, “ tidak bisakah kalian menyatu lagi? …….. aku mohon, Se hun” pintanya untuk yang terakhir .

Se Hun lalu menggeleng sebagai jawaban terakhirnya.

Namja bermata bulat itu kembali menghela, sembari menyeka sisa air mata yang masih membekas di wajahnya manisnya.


~*you  into  my  life*~


Kai menggenggam erat tangan Kyung Soo yang mulai terasa dingin, sambil terus menatapnya mencoba mengirimkan kekuatan kepada kekasihnya itu. Entah siapa sekarang yang salah, karena ketika ia menyalahkan Se Hun jelas ia tidak salah Karena dia tidak tau apa-apa, sementara untuk menyalahkan Kyung Soo yang memilih langkah yang semula ia pikir mampu untuk memersatukan sepasang kekasih yang terpisah itu juga ia tidak mungkin. Kyung Soo berpikir bahwa ia lah penyebabnya maka ia pula lah yang harus mengatasi masalah itu, dengan mengorbankan hubungan mereka berdua. Kai juga tidak bisa menyalahkan orang tua Kyung Soo yang membatasi hubungan mereka berdua, yang bahkan bertemu pun tidak boleh.

Perlahan, kaki jenjang Kai melangkah, ia menatap pintu rumah yang tertutup rapat di depannya, ada perasaan takut membayanginya yang akan menyambut di balik pintu itu, sebuah penolakan dari kedua orang tua Kyung Soo. Tapi lagi-lagi, hawa dingin yang menjalar di sekitar pegangan Kyung Soo pada lengannya memberikannya kekuatan, ia yakin dengan pasti bahwa setiap permasalahan sesulit atau semudah apapun itu pasti akan selalu ada penyelesaiannya.

“ Kai…..” panggil Kyung Soo dengan suara sedikit gemetar.

Kai menoleh dan melihat raut ketakutan pada wajah Kyung Soo.

“ kau yakin?”

Kai mengangguk harus dengan pasti meski pun sebenarnya ia sendiri tidak yakin akan di terima oleh orang tua Kyung Soo.

Keduanya berjalan perlahan sambil terus berpegangan tangan, dalam hati Kyung Soo terus berdoa agar apa yang mereka takutkan tidak akan terjadi, meskipun itu mustahil karena ia yakin bahwa apa yang telah ia lakukan sudah sangat fatal.

Kai mengetuk pintu, hingga ketukan ke tujuh barulah terdengar suara derap langkah kaki tergesa-gesa mendekat kea rah mereka. Kyung Soo mulai panic begitu pun Kai namun ia tetap tenang dan tidak menunjukkannya.  Pintu terbuka dan seorang namja tinggi berdiri menyambut mereka dengan mata melotot dan menatap dengan kesal kea rah mereka.

“ Kyung Soo! Masuk!” ucapnya tenang, tapi ada penegasan dari setiap kata-katanya  itu.

Kyung Soo tidak bergeming, ia terus saja menggenggam tangan Kai, dan itu justru semakin membuat sang ayah kesal dan menarik tangan anaknya dengan paksa.

TAP!

“ tolong……! Jangan pisahkan kami….!” Tegas Kai menahan tangan ayah  Kyung Soo yang sudah siap menarik anaknya itu.

Tuan Kim memincingkan matanya sambil menatap Kai, tidak lama ia melepaskan pegangannya pada lengan kecil Kyung Soo. Berselang beberapa detik kemudian Ibu Kyung Soo keluar dengan wajah memerah karena menahan marah.

“ KYUNG SOO!!” tegur sang ibu setengah teriak. “ masuk!” sambungnya dengan mata melotot.

Kyung Soo tertunduk lesu, tangannya melemas pada pegangannya di genggaman Kai membuat namja berkulit sedikit gelap itu ketakutan. Dengan pasrah ia melirik Kyung Soo yang hanya tertunduk tanpa daya, satu persatu tautan jari itu terlepas hingga akhirnya tak ada satu pun lagi yang saling bersentuhan. Kai menatap gelisah sosok namja yang sangat di cintainya itu dengan bibir terkunci, ingin bicara tapi takut tidak di anggap, ia ingin memanggil namja itu, tapi ia tidak berhak jika ia sudah berhadapan dengan orang tua Kyung Soo.
“ Kyunggie~” bisiknya, dan bohong jika kedua orang tua itu tidak melihatnya.

Kai akhirnya menunduk pasrah ketika Kyung Soo masuk kedalam rumah, sementara orang tua Kyung Soo saling berpandangan dan akhirnya menghela nafas panjang. Ibu Kyung Soo masuk dan menyusul anaknya yang berjalan pelan menuju peristirahatannya. Kai mengangkat kepala dan memberanikan diri menatap ayah Kyung Soo, lama mereka saling bertatapan sampai ketika Kai mundur selangkah dan mengejutkan ayah Kyung Soo dengan berlutut di depannya.

“ aku mohon…. Tolong…..jangan pisahkan kami….., aku sangat mencintai Kyung Soo, aku tidak bisa apa-apa tanpanya. Aku tau kami berdua masih kecil, masih belum tau apa-apa, masih belum mengerti banyak tentang cinta. Tapi, Abonim…… aku benar-benar mencintai Kyung Soo……” mata Kai mulai merah, perlahan air bening yang semula menumpuk di muara tenang itu menetes.  Ia tertunduk menahan isakannya, biar bagaimana pun kuatnya ia, dan seberandal apapun dia,ia tetaplah manusia biasa yang jika di hadapkan pada suatu masalah yang sulit untuk di hadapinya maka ia pun pasti akan menangis.

Ayah Kyung Soo maju perlahan dan duduk tepat di depan Kai, tangannya terulur dan menyentuh bahu kiri namja berkulit Tan itu membuatnya tersentak dan releks langsung mengangkat kepalanya.

“ tidak akan ada yang memisahkan kalian, Kai”

Mata Kai melebar, melihat tatapan hangat ayah Kyung Soo yang tidak biasa ia tunjukkan kepada nya. Ia tidak menyangka bahwa orang yang selalu marah-marah padanya setiap kali ia telat mengantar Kyung Soo pulang itu ternyata punya sisi sehangat ini, meskipun tanpa senyum.

“ seperti yang kau katakan, kalian masih kecil dan belum tau apa-apa tentang cinta. Aku tidak melarang kalian untuk berhubungan, hanya saja kalian perlu batasan agar tidak tenggelam dalam permainan cinta. Orang yang sedang jatuh cinta itu penuh dengan resiko, penuh pengendalian diri, kalian masih kecil dan takutnya jika kalian tidak mampu untuk mengendalikan gejolak cinta maka akhirnya akan berujung pada sebuah tanggung jawab besar. “ ayah Kyung Soo berdiri dan memberi isyarat agar Kai juga ikut berdiri. Setela kedua namja yang hanya terpaut usia Sembilan belas tahun itu berdiri dan saling berhadapan, ayah Kyung Soo kembali membuka suara.

“ aku tidak berharap akan seperti itu, tapi sebagai antisipasi maka sebagai seorang ayah aku harus bertindak lebih dulu. Aku hanya tidak ingin kalian melakukan kesalahan yang sama seperti apa yang pernah aku lakukan, Kai. Menjalani hidup dengan tanggung  jawab besar di usia muda, “ ayah Kyung Soo menoleh dan menatap Kai yang terus mendengarkannya dengan serius.
“ percaya atau tidak, aku memiliki Kyung Soo di usiaku yang ke dua puluh tahun, dan kami menjalani masa-masa sulit setiap hari selama dua tahun karena tidak ada satu pun yang peduli terhadap kami. Dan aku sadari itu semua karena kesalahan kami. Karena itulah, aku dan eomma Kyung Soo memberikan kalian batasan, agar kalian tidak terjerumus dan berakhir seperti kami.”  Ayah Kyung Soo mendekat dan memegang pundak Kai sembari tersenyum. “ aku percaya padamu, Kai. Kau adalah namja yang baik dan bertanggung jawab. Tapi belum saatnya aku memberikan tanggung jawab ini untukmu, kalian berdua butuh proses untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dan siap untuk sebuah hubungan yang lebih serius.” Ayah Kyung Soo mengakhiri kata-kata panjangnya dengan merangkul Kai dan membawa namja tampan itu kepelukannya.

“Ghamsahamnida, abonim” legah Kai.

Ayah Kyung Soo mengangguk, “ tapi jangan senang dulu”

Kai tersentak dan buru-buru melapaskan pelukannya dan menatap wajah Ayah Kyung Soo dengan serius,
“ karena kau telah berani membawa Kyung Soo dan baru memulangkannya selarut ini, maka batasan kalian di perketat!” tegasnya.

“ Wae?”

Ayah Kyung Soo menggeleng, “ tidak ada pengecualian. Jadi sekarang pulanglah”

“ tapi,_”

“ no no no, sekarang pulanglah, atau kau tidak boleh bertemu Kyung Soo untuk selamanya.” Final ayah Kyung Soo membuat Kai bernafas panjang dan menyerah.

“ Ne, arasso arasso. Tapi sampaikan salamku padanya.” Pinta Kai.

Ayah Kyung Soo hanya mengangguk sembari tersenyum simpul dan menutup pintu ketika Kai sudah berbalik dan melangkah pergi meninggalkan pekarangan rumah milik keluarga Kim itu.  Sebelum benar-benar meninggalkan rumah bertingkat dua bercat biru yang di padukan dengan warna abu-abu itu, ia sempatkan menatap jendela kamar Kyung Soo yang lampunya masih menyala. Ia tersenyum bahagia, ternyata segala batasan  yang di berikan orang tua Kyung Soo kepada mereka bukanlah larangan tapi sebuah tanggung jawab, yang menjadi penguji apakah mereka mampu menjalaninya atau tidak.


~*you  into  my  life*~


Seorang namja bersandar pada dinding berlapis cermin dalam sebuah ruangan, lampu ia padamkan dan hanya ada cahaya dari benda pipih yang ia letakkan di sampingnya,  matanya terpejam namun tetap terjaga di telinganya terpasang sepasang headset berwarna putih yang tersambung pada Smartphone nya yang terus melantungkan lagu yang sama, ‘ it will rain (Bruno Mars) ‘. Sesekali ia ikut bernyanyi meskipun tanpa suara, dan selalu mengakhiri lagu itu dengan raut kesakitan sembari mengigit  bibirnya. Perlahan ia membuka mata ketika sinar lampu menyilaukan matanyanya yang terpejam, ia terlalu sakit untuk terkejut ketika mendapati sosok namja jangkung berdiri di depannya.

Namja itu tersenyum dan ikut duduk di samping Se Hun, tapi sayangnya namja yang lebih putih darinya itu malah berdiri dan berpindah duduk ke sofa. Chan Yeol tersenyum sembari berdiri lalu berjalan menuju Se Hun, tapi lagi sebelum Chan Yeol tiba namja itu kembali berdiri namun sayang, tangan panjang Chan Yeol lebih cepat menangkap pergelangan tangannya.

“ ada apa? Kenapa kau terlihat lebih parah dari yang kemarin-kemarin?”

Se Hun tidak menjawab, ia hanya terus terdiam hingga akhirnya ia menyerah dan kembali mendudukkan dirinya di atas sofa. Chan Yeol melepaskan pegangannya membuat tangan kurus Se Hun jatuh tanpa daya,
“ what should I do?”lirih Se Hun menatap arah lain.

Chan Yeol mengerutkan keningnya, bukan karena ia tidak tahu dengan apa yang di katakan Se Hun, tapi karena ia tidak mengerti maksud namja itu.
“ memang ada apa?”

“ besok dia akan ke cina”

“ nugu?”

“ dia….”

Chan Yeol tidak perlu bertanya lagi, karena ‘dia’ yang di maksud Se Hun pasti mengarah kepada Lu Han.

“ lalu kenapa kau bertanya?. Apa yang kau rasakan, jika kau bahagia let he go…” ujarnya lalu tersenyum remeh sembari menggelengkan kepalanya. “ tapi aku tidak yakin, coba lihat dirimu, dia belum meninggalkanmu tapi kau sudah sehampa ini.” Singgungnya telak.
Ia menatap Se Hun yang masih terdiam, “ aku tau rasanya kehilangan,”
Se Hun mengangkat kepalanya dan menatap Chan Yeol tanpa ekspresi.” Tapi kau menemukan kebahagiaan mu setelahnya.”

Chan Yeol memecamkan matanya, ia mengakui bahwa yang di katakan Se Hun itu benar karena buktinya setelah ibunya meninggal, kesedihan itu akhirnya terbayar dengan kehadiran beberapa orang yang menghiburnya.

“ kehilangan yang aku rasakan ini berbeda, aku kehilangan jiwaku, kehilangan nafasku.”

“ karena itu bawa dia kembali! Apa kau yakin akan menemukan kebahagiaan yang lain setelah ia pergi?”

“ Ne”

“ kau yakin bahwa itu akan terasa sama?”

Se Hun terdiam,

“ kau yakin, bisa menjamin? Se Hun, jangan bodoh. Membiarkannya pergi sama hal nya membiarkan kau tersiksa berpuluh-puluh tahun  karena penyesalan, dan kau pikir dia akan bahagia disana? Tidak!” 
Chan Yeol melangkah dan merengkuh bahu Se Hun, menuntun namja itu untuk menatapnya, “ kau harus memilih, lepaskan dia? Atau mempertahankannya?” geram Chan Yeol, tapi untuk sekali lagi namja itu hanya terdiam, membuat Chan Yeol semakin kesal. “ jawab Se Hun! Jangan diam saja!”

“ Argh!! Tapi ia sudah redup!!” teriak Se Hun sembari melepaskan dengan paksa tangan Chan Yeol di bahunya. Tapi namja jangkung itu justru merengkuh kerah baju Se Hun.

“ karena itu lengkapi ia! Jadilah penerangnya! Jangan biarkan ia tenggelam dalam gelap, bawa ia kembali!”












Tahan!!!
Se Hun sepertinya mulai bingung pemirsa, apakah Ia akan tetap membiarkan Lu Han pergi atau akan menahannya? Nantikan kisah selanjutnya di YIML Last Chapter……..!!